Daftar Blog Saya

kawaankuu

yangko kotagede

on Minggu, 05 Desember 2010

YANGKO KOTAGEDE



Yangko adalah sejenis makanan ringan yang terbuat dari bahan tepung ketan, bentuknya persegi empat mungil, yang ditambah dengan baluran tepung terigu. Pada jaman dahulu Yangko berisi campuran kacang dan gula. Seiring perkembangan jaman, kini telah muncul Yangko dengan berbagai rasa, misalnya Cokelat, Strawberry, Durian, dan Melon..
Proses pembuatan Yangko sebenarnya tidak sulit. Bahan-bahan yang dibutuhkan antara lain tepung ketan, gula, dan aroma. Ketiga bahan tersebut dibuat adonan menggunakan mixer. Adonan tersebut kemudian dibuat jenang hingga mengental. Setelah kadar kematangan dan keketalannya cukup, adonan dituang dalam wadah-wadah (baskom). Bila adonan sudah suam-suam kuku kemudian dituang untuk dilentreng (didinginkan dan dibuat melebar-tipis). Setelah dingin barulah adonan yang sudah jadi itu dipotong-potong, dibungkus kertas minyak dan disusun dalam dus yang telah disiapkan..



Yangko merupakan makanan tradisional kotagede dari jenis kedupan yang terbuat dari tepung ketan pada umumnya berbentuk kotak-kotak dan rasanya manis. Sekarang ini penyajian yangko sudah bervariasi baik dari bentuk ataupun rasa yaitu tidak hanya berbentuk kotak-kotak saja tetapi diberi sisan seperti kacang hijau, kacang tanah, dan kelapa. Cara pembuatan yangko adalah gula pasir air asin diaduk direbus sampai kental. Tepung ketan diberi sedikit air supaya tidak menggumpal dimasukan diaduk sampai kalis lalu dipindahkan ketempat yang datar, diratakan dibiarkan dingin dan mengeras lalu dipotong-potong. Yangko rasanya kental dan manis. Dalam penyajian yangko dibungkus dengan plastik atau kertas minyak. Setiap biji yangko yang sudah dipotong-potong dibalut dengan gula tepung yang bertujuan untuk menghindari lengket dan menambah kemantapan rasa dari yangko tersebut. Pada zaman dahulu masyarakat kotagede beranggapan bahwa yangko adalah sebagai makanan mewah yaitu hanya untuk golongan atau kalangan tertentu saja yang bisa menikmatinya. Diistilahkan golongan priyayi masyarakat kecil yang hanya kadang-kadang menikmatinya, bahkan harus mengeluarkan uang tidak sedikit untuk bias membeli makanan tersebut. Selain itu bila dilihat dari daya simpan maka yangko akan bertahan kurang lebih satu bulan. Yaitu tanpa diberi isian. Masyarakat kotagede beranggapan bahwa makanan tersebut sebagai bekal saat pangeran diponegoro bergelirya. 

Agroindustri bagi Indonesia

on Rabu, 01 Desember 2010

       Tak bisa dipungkiri lagi bahwa Indonesia merupakan negara agraris, yaitu kaya dengan hasil tanah atau pertanian. Banyak primadona ekspor yang berasal dari produk pertanian atau lebih tepatnya dari agroindustri, seperti kakao, kelapa sawit, dan masih banyak lagi. Keuntungan yang didapat juga lebih besar bila negara ini bisa mengembangkan keseluruhan produk dari yang industri kecil, menengah, maupun besar. Tentu saja tidak lepas mengenai agroindustri.
      Ironisnya, mengapa sampai sekarang para petani masih banyak yang mengalami kemiskinan yang berkelanjutan?? hasil panen seperti padi, jagung, atau kedelai belum diolah dan dikelola melalui managemen yang pas. Peran pemerintah juga sangat diperlukan untuk menyediakan fasilitas kepada petani untuk mengelola hasil itu. Saat ini kadang kita bingung dengan langkah pemerintah Indonesia. Beras yang melimpah di Indonesia, tetapi masih saja kita mengimpor beras dari vietnam. Bukankah pada masa orde baru kita bisa mengimpor beras ke luar negeri?? kenapa saat ini kita malah melakukan hal yang sebaliknya? diperparah lagi dengan harga sembako yang semakin meroket, padahal kita sendiri yang memproduksinya.
     Kenyataan ini menunjukkan bahwa seakan pemerintah mengabaikan atau menyepelekan hal yang menyangkut pertanian. Tidak lah heran ketika anak muda mendengar tentang kata pertanian dan teknologinya, mereka seakan menghindar dan acuh tak acuh. Lihat saja contohnya bahwa mahasiswa lebih suka terjun ke dunia keteknikan atau ekonomi daripada ke agro industri. Sebenarnya yang sangat dibutuhkan bangsa ini adalah seseorang yang dapat mengubah nasib bangsa ini, khusunya para petani. Seperti diketahui bahwa mayoritas penduduk Indonesia adalah petani atau pekerja di bidang agro. Orang yang mampu mengelola mulai dari proses produksi, pengolahan, dan distribusi lah yang akan mampu mengubah dunia pertanian selain peran pemerintah itu sendiri. Nasib para petani harus lebih diperhatikan.